Pages

26 Februari 2004

Kemarin,
di hari rabu yang cerah, ku melangkah merasakan kesegaran udara dingin yang menyelimuti kota bandung dan menerpa diriku. Tubuhku penuh semangat karena hari ini ku bisa menunggu seseorang yang ku rindukukan dan kusayangi. Lantas, aku menunggu kabar darinya....detik demi detik berlalu, tidak ada satu apapun yang menunjukkan kehadirannya.
Lalu aku pergi ke warnet, di sana seorang temen bernama ushagi, memberitahukan bahwa dia sudah ada di kampusku, sehingga aku langsung menelponnya dan bertanya padanya.
Beberapa menit kemudian aku tiba di kampus, dan ku cari dia sampai keliling tapi tak kulihat dia, lalu ku cari lagi, dan barulah ketemu dia. Bukan hanya dia saja yang ada disana tapi juga beberapa teman ku yang manis, ramah dan rajin online. Tapi sayang setiba disana mereka udah bubaran, aku telat, dan aku tidak sempat berfoto dengan mereka.
Aku mendekati dirinya, tapi ku merasakan kehadiran semacam tembok yang tinggi pada dirinya sehingga aku tak bisa mendekati dirinya. Tatapan matanya menunjukkan kekesalan padaku. Sikap nya tidak bisa kuduga....
Lalu aku menjauh dari nya dan ku mendekati adikku yang manis, yang pertama kali ku temui saat itu. Lalu kami berdua jalan membelakangi dia yang dikawal oleh ushagi dan sapiganteng. Aku bertanya pada oline kenapa dia bersikap begitu? Baru keketahui jawabnya karena sikapku yang tidak perhatian. Semestinya hal ini tak terjadi, tapi aku baru sempat menyadarinya.
Kami lalu pergi ke tempat Ifan dan Pyo. Melewati jalan taman sari-cisitu. Setibanya disana kami hanya berjumpa saja dengan mereka, ku pikir hanya 5 menit saja. Dia dan Oline terburu-buru, karena harus segera menaiki bis yang sedang menunggunya.
Aku, ushagi dan sapiganteng, mengantar dia dan oline ke Premier Plaza jln cihampelas, mencari bis yang nongkrong disana.
Saat ku berpisah cuma oline saja yang sempat memberikan salam, tapi dia tak memberikan sikap manis. Di tempat itu, sapiganteng dan ushagi pulang bersama, sedangkan aku ke arah lain. Lalu ku mendekati bis nya, dan ingin mengembalikan diary dan bukunya. Tapi isyaratnya mengatakan tidak usah.
Saat itu ku merasa diriku sungguh menghilang dari pandangannya, ku ibarat bayangan yang mengikuti kemana dia melangkah, tapi tidak pernah dihiraukan.
Memang pertemuan ku dengan dia sangat jarang, tapi yang kuharapkan aku bisa menyenangkannya, malah kekecewaan yang ada pada dirinya.

0 komentar:

 

Labels